4 Contoh Stimulasi Sensoris pada Anak

Sebenarnya stimulasi sensoris untuk mendukung optimalisasi tumbuh kembang bayi dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Tanpa kita sadari kita telah menstimulasi si kecil.

Misalnya saja pada saat mengganti atau menggunakan popok anak, memberikan makan, proses memandikan bayi serta mengenakan atau menggantikan pakaian bayi.

Stimulasi sensoris ini bisa dilakukan tentunya dengan melibatkan si bayi. Selain itu, jug jangan sampai lupa untuk menggabungkan beberapa aspek perkembangan saat menstimulasinya, misalnya saja suara atau berbicara dan interaksi.

Seorang ibu bisa mempelajari dunia sekitarnya dengan eksplorasi sensoris, dimana dalam sensoris terdapat 5 macam panca indra dan keseimbangan serta gerakan.

Melihat dan mendengar adalah aspek sensoris yang paling dini. Dan kulit merupakan alat sensoris yang sangat luas. Lalu bagaimana cara menstimulasi sensoris pada bayi?


Berikut ini adalah beberapa contoh kegiatan sehari-hari dalam menstimulasi si kecil.

1. Proses Diapering.

Saat mengganti atau menggunakan popok pada bayi, seorang ibu bisa menstimulasi sensoris bayi dengan mengajaknya berbicara. Selain itu, bisa juga dengan memijat tubuhnya. Sehingga ada penggabungan beberapa aspek dalam menstimulasi sensoris yaitu suara dan interaksi.





2. Proses Feeding.

Seorang ibu bisa mengenalkan adanya konsep basah melalui makanan. Misalnya ibu membuat agar-agar untuk dimainkan oleh bayi. Bayi nantinya akan memegang dan pada saat itulah terjadi sensoris pada kulit bayi.

Tentunya pada saat mengenalkan dan melatih sensoris tidak hanya mengenalkan jenis makanannya saja, akan tetapi juga didukung dengan suara dan gerakan.

3. Proses Bathing.

Pada saat memandikan bayi, seorang ibu bisa mengajak bayi untuk mengangkat kakinya dambil dibantu ibunya untuk mengangkat. Sehingga ada proses stimulasi melalui suara dan gerakan.

4. Proses Dressing.

Stimulasi sensoris bisa dilakukan pada saat menggunakan atau menggantikan pakaian bayi. Misalnya memakaikan baju, ibu bisa mengajak anak dengan memasukkan anggota tubuhnya ke pakaian yang akan digunakan anak. Tak lupa juga dilakukan proses sensoris dengan suara dan gerakan.

Related Posts:

6 Tips Sukses Melatih Anak Puasa

Bulan ini adalah bulan penuh rahmat, dimana hampir semua umat Islam yang ada di dunia menjalankan ibadah puasa. Di Indonesia sendiri, puasa dijalankan selama kurang lebih 14 jam dalam sehari. Dan tak terkecuali juga, anak-anak muslim, turut memeriahkan puasa bersama ini.

Biasanya, para orangtua akan bertanya-tanya sebenarnya pada usia berapa sih idealnya anak itu turut menjalankan ibadah puasa? Kira-kira dia mampu apa tidak ya menahan lapar dan dahaga?

Tak perlu khawatir, karena pada diri setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda dan unik. Jadi sebenarnya tak ada patokan yang pasti, kapan orangtua mulai mengajarkan puasa pada anak-anaknya. Yang terpenting adalah memperkenalkan sedini mungkin kepada anak mengenai ritual agama dan ibadah puasa.


Perlu diingat juga bahwa orangtua harus menciptakan suasana yang menyenangkan saat anak baru pertama kali belajar berpuasa. Tujuannya adalah agar anak bisa merekam mengenai pengalaman positif ibadah puasa. Sehingga akan lebih mudah memotivasinya berpuasa di tahun-tahun berikutnya juga termasuk ibadah lainnya.

Berikut ini ada tips dan saran yang bisa dilakukan oleh orangtua di rumah.

6 Tips Sukses Melatih Anak Puasa


1. Kenalkan dan ajarkan anak berpuasa.

Harus dimulai dari orang-orang terdekat si anak. Bagaimana mungkin si anak akan mau berpuasa jika orangtuanya yang sebagai teladannya tidak turut melakukan ibadah puasa.

Orangtua terutama si ibu, harus bisa memberi contoh dan memantau si kecil dalam berpuasa. Meskipun ibunya lagi berhalangan berpuasa, usahakan agar terlihat seperti orang yang berpuasa.

2. Lakukan beberapa tahap.

Orangtua bisa mengajarkan si kecil berpuasa 3-4 jam sekali. Kemudian ketika Anda merasa cukup yakin si kecil cukup kuat berpuasa hingga pukul 10.00, lalu bertahap lagi puasa bedug atau jam 12.00 siang. Lakukanlah ini di tahun pertama puasanya.




3. Pada tahun kedua.

Anda bisa mencobanya mengajarkan anak berpuasa sehari penuh. Ini pun harus dilakukan secara perlahan. Jika di tengah hari si kecil rewel dan tidak kuat, maka Anda bisa memberikannya makanan kecil, kemudian bisa dilanjutkan berpuasa hingga maghrib tiba.

Lama kelamaan si kecil akan lebih kuat dan akhirnya bisa berpuasa sehari penuh.

4. Hargai usahanya.

Seringkali kita mendapati si kecil bilangnya ingin berpuasa sehari penuh, naman kenyataannya ia malah makan di siang hari. Jangan pernah patahkan semangatnya apalagi sampai mengejek akan kegagalannya. Akan tetapi, hargailah usahanya untuk berpuasa tersebut sambil terus dibimbing untuk melakukan puasa yang benar.

5. Berikan reward jika perlu.

Orangtua bisa memberikan hadiah berupa menu buka puasa favoritnya jika ia mampu berpuasa sesuai target. Atau bisa juga memberinya pujian dan semangat terus menerus dengan ucapan yang baik.

Hl ini bisa memacu semangat puasanya. Dan dengan seiring berjalannya usia, orangtua bisa menanamkan makna dan tujuan puasa yang sesungguhnya kepada si kecil.

6. Pantau kesehatannya.

Terutama jika ini adalah tahan pertamanya puasa atau tahun keduanya. Kondisi fisik tiap anak berbeda-beda. Artinya meskipun anak lain seusinya kuat berpuasa sehari penuh, belum tentu anak kita kuat berpuasa sehari penuh.

Jika anak tampak sakit atau tudak kuat, maka jangan dipaksakan. Biarkan ia membatalkan puassanya dengan makan atau minum. Jika kuat melanjutkan, biar dilanjutkan olehnya.

Salah satu kesenangan anak ketika berpuasa adalah saat-saat berbuka puasa bersama keluarganya. Pada saat inilah orangtua bisa mengajarkan sedikit demi sedikit mengenai makna puasa dan indahnya kebersamaan setelah berpuasa sehari penuh.

Tentu rekaman baik terhadap suasana bulan puasa di rumah akan mendorongnya berpuasa dengan lebih baik di tahun-tahun berikutnya.

Selamat Berpuasa.

Related Posts:

Agar Ulang Tahun Anak Berkesan Terus

Sebagian besar orangtua biasanya terlalu bergembira dalam menyiapkan segala sesuatunya pada hari ulang tahun anak. Ketika berulang tahun, si buah hati menjadi sangat istimewa sehingga lupa bahwa bagaimanapun juga, dia tetaplah anak, terutama ketika ulang tahun pertama anak.

Tak pelak, orangtua sibuk melakukan persiapan perayaan yang megah dengan susah payah untuk direncanakan, namun ternyata belum tentu juga cocok buat anak itu sendiri.

Yang ada, kemungkinan besar si anak malah merasa tidak nyaman dan terkadang berakhir dengan tangisan. Untuk itu, perayaan ulang tahun untuk si kecil sebaiknya dikonsep secara matang agar dapat berkesan baik.



Terkesan baik bagi orangtuanya, bagi para tamu undangan maupun untuk si kecil itu sendiri. Kalau boleh dibilang, semua bagian yang berkecimpung dalam acara ulang tahun tersebut bahagia.

Nah, berikut ini ada beberapa tips untuk membuat acara ulang tahun anak yang berkesan dan tidak berakhir dengan drama tangisan dari si kecil.

1. Batasi jumlah undangan.

Ini penting, karena namanya masih anak-anak, kalau ruangan penuh sesak, dan banyak yang tidak dikenalnya, maka akan berakibat anak menjadi bingung dan bisa-bisa malah menangis. Sebisa mungkin, batasi saja jumlah undangan, cukup anggota keluarga, dan orang-orang yang dikenal si kecil.

2. Batasi hiasan rumah.

Memberi hiasan yang berlebihan bisa membingungkan anak dan mimpi buruknya. Batasi hiasan yang sesuai dengan keinginan anak saja maka akan lebih baik.


3. Jangan memanggil badut, pesulap, atau penghibur lain.

Ini khusus untuk anak yang berusiah 1 tahun saja, karena biasanya seusia itu, dia akan takut.




4. Rencanakan waktu dengan baik.

Penjadwalan waktu sangatlah penting dalam pesta anak. Carilah waktu yang mana anak cukup istirahat, kenyang dan sesuai tanggal dan waktu. Sebaiknya acara jangan terlalu lama, cukup satu setengah jam saja agar anak tidak terlalu lelah.

5. Dokumentasikan kenangan.

Pesta anak pasti akan cepat berlalu, demikian juga masa kanak-kanak seorang anak. Jasi sebaiknya abadikan peristiwa ini dengan foto maupun video.

Related Posts:

5 Kejahilan Anak yang Berbahaya

Hal yang wajar saka jikalau anak suka jahil dan iseng. Mungkin mereka tidak bermaksud apa-apa. Namun entah disadari ataupun tidak, perilaku anak ini bisa mengganggu dan merugikan orang lain.

Anak-anak ini rupanya belum memahami benar akan apa yang dilakukannya dengan menjahili teman, kakak atau bahkan orangtuanya sendiri.

Akibatnya bisa parah lho...
Banyak kasus yang terjadi, dimana seorang anak yang sekarang hanya duduk lemas terkulai dengan penyangga kayu. Karena sebagian tubuhnya lumpuh akibat jatuh terduduk.


Kondisi ini diduga akibat kejahilan temannya yang menarik kursi duduknya sebelum dia duduk. Tulang belakang dan kepalanya menghantam lantai sehingga ia cedera cukup parah.

Jamannya serba modern,mungkin saja mereka ikut-ikutan meniru acara lawak yang ada di televisi, ya siapa yang tahu. Dari itu sudah seharusnya, orang tua dan guru selalu mengawasi.

Ini ada beberapa kejahilan yang biasa dilakukan oleh anak-anak dan ternyata sangat berbahaya jika dilakukan.

5 Kejahilan Anak yang Berbahaya


1. Menjegal kaki.

Selain berbahaya untuk dirinya sendiri, juga berbahay untuk orang lain. Misalnya anak yang lewat dijegal, tapi malah pergelangan kakinya yang terinjak.





2. Melompati meja.

3. Menarik kunciran rambut.

Kejahilan ini sering dilakukan oleh anak laki-laki. Bila dilakukan mendadak dan cepat, bisa berakibat fatal, bisa mencederai sumsung tulang belakang leher.

4. Mengunci teman di kamar mandi.

Anak bisa terpeleset dan dari sisi psikologis, anak bisa menjadi trauma ringan maupun berat.

5. Menakuti dengan hewan.

Misal dengan ulat, kecoa dan tikus. Anak bisa menjerit histeris, anak bisa trauma karena mengalami

Related Posts:

Label